Pemikiran Auguste Comte dalam aliran positivisme

August Comte

Auguste Comte adalah tokoh positivis paling terkenal. Positivis berpikir bahwa metode penelitian empiris dapat digunakan untuk menetapkan hukum sosial karena masyarakat merupakan komponen alam. Arus ini dipengaruhi oleh kaum empiris, yang sangat mengharapkan perkembangan Revolusi Perancis.

Henry de Saint Simon, yang menjadi instruktur dan mitra diskusi Auguste Comte, adalah pencetus sebenarnya dari filsafat positivis. Menurut Simon, hubungan sebab akibat dan aturan yang mengatur proses perubahan harus diidentifikasi untuk memahami sejarah. Mengikuti perspektif tiga tahap Turgot, Simon juga mengusulkan tiga tahap perkembangan masyarakat: tahap teologis (periode feodalisme), tahap metafisik (periode absolutisme), dan tahap positif yang melandasi masyarakat industri.

Auguste Comte menerbitkan keyakinan positivisnya dalam karyanya The Course of Positive Philosophy, yang merupakan ensiklopedia tentang pertumbuhan filosofis disiplin ilmu dan penegasan metodis bahwa mereka semua telah mencapai tahap akhir perkembangannya. Perkembangan ini terletak dalam interaksi antara statika dan dinamika, di mana statika mengacu pada hubungan organik antara gejala (dipengaruhi oleh de Bonald) dan dinamika mengacu pada rangkaian gejala (terinspirasi oleh filosofi sejarah Condorcet).

Bagi Auguste Comte untuk membangun masyarakat yang adil, dia harus menggunakan metode kepastian yang tidak dapat dibantah. Strategi positif ini memiliki empat kualitas, antara lain:

  1. Metode ini berbasis fakta.
  2. Strategi ini diarahkan pada peningkatan berkelanjutan dari kondisi kehidupan.
  3. Pendekatan ini mencari kepastian.
  4. Teknik ini berusaha untuk presisi.

Selain itu, teknik positif didukung oleh observasi, perbandingan, eksperimen, dan metode sejarah. Tiga yang pertama lazim dalam ilmu-ilmu alam, tetapi pendekatan sejarah sangat berguna bagi ilmu-ilmu sosial, karena mengungkapkan prinsip-prinsip yang mengatur evolusi gagasan.

Hukum Tiga Tahap Auguste Comte

Auguste Comte adalah salah satu pemikir positivis yang dengan tegas berpendapat bahwa strategi pembaharuan, termasuk dalam masyarakat, dilakukan sesuai dengan hukum kodrat. Masyarakat positivis berpendapat bahwa reformasi sosial dan politik dapat didasarkan pada hukum alam yang mengatur manusia dan fenomena sosial untuk menyelaraskan institusi masyarakat dengan prinsip-prinsip ini.

Auguste Comte juga percaya bahwa totalitas organik masyarakat lebih dari jumlah komponen yang saling berhubungan. Dan untuk memahami fakta ini, kita harus menggunakan metode studi empiris yang dapat meyakinkan kita bahwa masyarakat adalah bagian dari alam sebagai peristiwa fisik.

Akibatnya, Auguste Comte menetapkan tiga metode penelitian empiris yang juga banyak digunakan dalam bidang fisika dan biologi, terutama observasi, di mana peneliti mengamati peristiwa dan mencatatnya; namun, hanya fakta paling signifikan yang didokumentasikan. Cara kedua adalah Eksperimen, yang dapat dilakukan dengan atau tanpa keterlibatan dan tentunya sulit untuk dijalankan. Strategi ketiga adalah Perbandingan, yang secara alami membandingkan satu keadaan dengan keadaan lainnya.

Dengan menggunakan cara-cara tersebut di atas, Comte berusaha mengklasifikasikan perkembangan evolusioner masyarakat ke dalam tiga kelompok, yaitu:

pertama, Tahap Teologis, yang merupakan periode terpanjang dalam sejarah manusia, dan dalam periode ini dibagi lagi menjadi tiga sub-periode, yaitu Fetishisme, yang mencakup keyakinan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan hidup lengkapnya sendiri. Dalam politeisme, diasumsikan adanya kekuatan yang memengaruhi kehidupan atau kejadian alam. Monoteisme, atau kepercayaan pada dewa, mulai digantikan oleh satu dewa, dan Katolik mewakili puncaknya.

Kedua, Tahap Metafisik menjembatani kesenjangan antara Tahap Teologis dan Tahap Positif. Tahap ini ditandai dengan keyakinan rasional pada hukum alam yang mendasarinya.

Ketiga, Tahap Positif ditandai dengan ketergantungan pada data empiris sebagai sumber akhir pengetahuan, tetapi sekali lagi, pengetahuan bersifat sementara dan tidak mutlak, menunjukkan bahwa semangat positivisme selalu terbuka terhadap data baru yang terus diperbarui dan menunjukkan tingkat tinggi. dari perubahan dinamis. Akhirnya, manusia akan dapat menyimpulkan hukum keseragaman dari studi logis tentang fakta empiris.

Auguste Comte menyatakan bahwa pada setiap tahapan tentunya akan selalu ada konsensus yang mengarah pada tatanan sosial, dimana konsensus tersebut terdapat kesepakatan pandangan dan keyakinan bersama. Dengan kata lain, suatu masyarakat dikatakan telah melewati tahap perkembangan di atas jika seluruh anggotanya telah bertindak sesuai dengan kesepakatan yang ada.

Pada tahap teologis, keluarga merupakan unit sosial yang dominan, namun pada tataran metafisik, kekuatan negara-bangsa (yang menumbuhkan rasa nasionalisme/nasionalisme) menjadi organisasi yang dominan. Tahap positif ditandai dengan terciptanya masyarakat industri yang berpusat pada manusia dan munculnya tatanan sosial. (Pada kesempatanlain, Comte merekomendasikan adanya Agama Kemanusiaan untuk membangun tatanan sosial dalam masyarakat yang baik ini.)