Pornografi merupakan ancaman bagi kesehatan mental anak-anak, yang dapat menimbulkan akibat yang berat bagi mereka. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan, Indonesia sedang menghadapi krisis terkait maraknya siswa sekolah dasar yang terlibat dalam perilaku pornografi. Pada akhir tahun 2017, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan skrining terhadap anak sekolah dasar untuk mengetahui apakah anak tersebut pernah terpapar pornografi atau tidak. Hasil skrining mengungkapkan bahwa 91,58% anak-anak telah terpapar pornografi, bahkan 6,3% anak muda telah menunjukkan sedikit kecanduan pornografi, sementara 0,07% yang menunjukkan kecanduan serius.
Ini adalah sesuatu yang benar-benar perlu diwaspadai oleh orang tua agar mereka dapat mengawasi lebih dekat bagaimana perilaku anak-anak mereka. Semua orang dewasa, bukan hanya orang tua, memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak mereka dari dampak pornografi yang berpotensi membahayakan.
Berbagai bahaya pornografi bagi anak
Tidak hanya orang dewasa, bahkan anak muda pun berisiko mengalami kecanduan aktivitas seksual dan media pornografi. Realitas yang disayangkan adalah semakin banyak anak yang menjadi akrab dengan materi pornografi yang dapat ditemukan di internet.
Kondisi perilaku yang dikenal dengan kecanduan media seksual dan pornografi dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang berisiko. Berikut ini adalah daftar beberapa risiko yang dihadapi anak-anak ketika terpapar pornografi:
1. Kondisi emosi tidak stabil
Anak-anak yang menonton pornografi cenderung lebih suka menghabiskan waktu sendirian. Ketika pikiran mereka semakin diresapi dengan konotasi seksual, mereka akhirnya merasa perlu untuk memuaskan dorongan seksual mereka dan mencari ruang pribadi untuk melakukannya. dapat melihat konten dewasa seperti masturbasi atau porno.
Efek negatif pornografi dapat berdampak kumulatif pada kesehatan mental anak, yang menyebabkan ketidakstabilan. Seiring waktu anak berpotensi berkembang menjadi orang dewasa yang cepat marah, malu, cemas, atau merasa bersalah. Sebagai akibat langsung dari hal ini, anak-anak kesulitan untuk berkonsentrasi dan menunjukkan minat yang kurang dalam berinteraksi secara sosial dengan teman sebayanya.
2. Berperilaku seksual yang tidak aman di masa mendatang
Anak-anak yang terpapar pornografi lebih cenderung melakukan perilaku permisif seksual, seperti melakukan aktivitas seksual sebelum menikah atau melakukan aktivitas seksual yang tidak dibatasi. Hal ini disebabkan semakin banyak anak menjadi tergantung pada aktivitas seksual, semakin besar tekanan yang diberikan kepada mereka untuk terlibat dalam perilaku yang melampaui norma yang dapat diterima untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka.
Risiko pornografi bagi anak-anak antara lain potensi remaja untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Diawali dengan seks anal dan vaginal yang tidak aman, disebut juga aktivitas seksual tanpa menggunakan kondom.
3. Meningkatkan risiko jadi pelaku kekerasan seksual
Orang yang melihat materi pornografi tidak hanya berisiko terkena konsekuensi negatif, tetapi juga orang lain. Paparan pornografi pada anak di bawah umur dapat mendorong sikap agresif yang dapat mengarah pada agresi seksual, khususnya pada wanita, menurut temuan banyak ahli.
Perlu diingat bahwa anak-anak adalah peniru yang sangat baik, yang berarti mereka akan melakukan semua yang mereka amati. Menurut temuan survei yang dilakukan terhadap remaja berusia antara 10 hingga 15 tahun, remaja yang rutin membaca konten pornografi memiliki kecenderungan 6 kali lebih besar untuk melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan. Bahkan, keparahan masalah bisa bertambah jika mereka juga membaca situs-situs porno yang berbau kekerasan seksual.